AWARDS & CERTIFICATE |
ARTICLES & PUBLICITIES↘ ARTICLE 01 ↘ ARTICLE 02 ↘ ARTICLE 03 ↘ ARTICLE 04 ↘ ARTICLE 05
Sabtu, 06/06/2009
NGURAH RAI MENJULANG KE ANGKASA
Raut muka istri mendiang I Gusti Ngurah Rai, Desak Putu Kari pada Rabu pagi itu berbinar. Pasalnya, tubuh suaminya lagi-lagi diabadikan dalam sebuah patung, dengan ukuran yang lumayan besar.
Patung yang dibuat oleh PT Angkasa Pura I itu berdiri takzim. Menghadap ke arah datangnya para pengguna Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar, patung tersebut seolah ingin menyapa ramah setiap orang yang melintas di kawasan itu.
Saat ini Desak Putu Kari telah menginjak usia yang ke-97. Namun, di usia yang terbilang uzur, dia kelihatan masih segar dan pembicaraannya masih jelas ditangkap.
Sesaat dia datang ke patung itu, dengan bangganya dia bertutur mengenai kebesaran sejarah yang diguratkan suaminya.
"Dia [Ngurah Rai] adalah orang yang hebat, dia keturunan raja," katanya dengan kagum sesaat setelah memandang patung suaminya yang akan diresmikan.
Namun setelah patung yang akan diresmikan itu dilihat-lihat cukup lama, dia sedikit "komplain". Usut punya usut, ternyata ada bagian patung yang menurutnya tidak komplet.
"Pada bagian bajunya ada selempang, tapi di patung ini tidak ada," ujarnya.
Kalau Anda awam dengan nama Ngurah Rai, Anda bisa melihat sosoknya di lembaran uang Rp50.000. Di sisi kanan pundak sang pahlawan memang terlihat selempang.
Memang patung yang baru saja diresmikan di pintu masuk Bandara Ngurah Rai ini cukup besar dengan tinggi 19,45 meter. Ukuran tersebut tentunya lebih besar daripada patung Ngurah Rai yang telah ada sebelumnya.
Hal lainnya yang juga membedakan dengan patung lainnya adalah tinggi patung itu melebihi pohon kelapa. Padahal di Bali selama ini ada pakem bahwa patung yang dibangun tidak boleh melampaui pohon itu.
Mungkin karena ukurannya yang besar, detail-detail bagian patung kurang begitu terlihat. Seperti halnya selempang, bagian itu sebenarnya ada, tetapi tidak begitu kentara lantaran letaknya yang tinggi.
Patung Yogya
Keunikan lain, patung Ngurah Rai justru buatan seniman patung asal Yogyakarta, Bambang Adi Pramono yang menjadi pimpinan pembuatan patung senilai Rp1,17 miliar itu. Dia juga dibantu seniman lainnya, yaitu seniman asal Bali, Komang Labda serta pekerja seni lainnya.
"Total orang yang dilibatkan dalam membangun patung ini mencapai sekitar 30 orang. Ini meliputi para pekerja yang membantu melakukan pengecoran di Yogyakarta," urainya membuka perbincangan.
Ya, kendati ditempatkan di Bali, hampir keseluruhan dari patung Ngurah Rai ini dirampungkan di Yogyakarta. Pengerjaan yang dilakukan meliputi pembuatan cetakan negatif, pembuatan patung dari fiber, hingga pengecoran perunggu.
Selain masalah teknis pembuatan yang memang rumit, pembuatan patung yang akan dijadikan ikon bagi bandara yang ada di Denpasar ini juga harus melakukan riset sejarah ataupun kebiasaan hidup dari Ngurah Rai.
Seperti saat awal patung ini akan dibuat, Bambang Adi sebelumnya berencana membuat patung Ngurah Rai dengan pose yang heroik : lengan kanan diangkat ke atas. Setelah ditelusuri, ternyata gaya itu kurang representatif dengan kepribadian mendiang salah satu pahlawan nasional ini.
"Akhirnya kami memilih pose Ngurah Rai berdiri dengan kedua tangan di belakang badan. Ini cukup representatif dengan kepribadian beliau yang berpembawaan tenang," tuturnya.
Pose Ngurah Rai yang saat ini ada diambil dari patung dengan gaya serupa yang ada di Pura Carangsari, Sangeh, Kabupaten Badung, atau tempat kelahiran Ngurah Rai.
Dalam mengumpulkan foto Ngurah Rai, Bambang Adi dan tim pembuat patung juga meminta para kolega Ngurah Rai mempraktikkan kebiasaan sehari-hari salah satu pejuang nasional ini.
I Gusti Ngurah Rai yang terakhir berpangkat Brigjen TNI Anumerta, lahir di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali, 30 Januari 1917. Dia meninggal pada usia 29 tahun.
Saat aktif di militer, dia memimpin 1.372 pasukan MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil yang lebih sering disebut pasukan "Ciung Wanara" dan melakukan pertempuran habis-habisan (Puputan) di Desa Marga, Tabanan.
Tindakan Ngurah Rai dan pasukannya serupa dengan aksi puputan Buleleng yang dilakukan Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karang Asem beserta Patih I Gusti Ketut Jelantik
Geoffrey Robinson dalam bukunya yang berjudul Sisi Gelap Pulau Dewata (2005) menulis bahwa Ngurah Rai merupakan satu-satunya orang Bali yang diangkat secara resmi sebagai pahlawan nasional sejak 9 Agustus 1975 dan sering disejajarkan dengan para raja pejuang Bali kuno.
Terkait dengan pertempuran yang dipimpinnya, Robinson menulis bahwa Puputan Margarana merupakan unggulan sejarah revolusioner versi resmi pemerintah. Kendati diagung-agungkan, pertempuran yang dilakukan oleh Ngurah Rai dipandang sebagai hasil tragis dari strategi dan taktik militer yang tidak layak.
Ya, terlepas dari siapa Ngurah Rai dan bagaimana gerakan yang dilakukannya melawan Belanda, yang jelas patung Ngurah Rai telah siap menyambut para wisatawan yang berkunjung dan yang akan meninggalkan Pulau Bali. (bambang.jatmiko@bisnis.co.id)
Oleh Bambang P. Jatmiko
Wartawan Bisnis Indonesia [ bisnis.com ]
KAYU GALLERY BALI
BALI ARTSPACE
(on google map)
bambangadipramono@yahoo.com
bambangadipramono@gmail.com
COPYRIGHTS © 2022
www.bambangadipramono.com
All right reserved