BAMBANG ADI PRAMONO facebook THE ARTS OF BAMBANG ADI PRAMONO instagram YouTube

ABOUT US

@STUDIO

ARTICLES

CURRICULUM VITAE

SOSIAL WORKS

AWARDS & CERTIFICATE

ARTICLES & PUBLICITIESARTICLE 01 ARTICLE 02 ARTICLE 03 ARTICLE 04 ARTICLE 05


PATUNG MONUMEN FAVORIT DUNIA

8 Mei 1946
Kepada Yth.,
Toean Overste Termeulen
Di
Denpasar

koran minggu pagi

Merdeka !
Surat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan jawaban sebagai berikut. Tentang keamanan di Bali urusan kami. Semenjak pendaratan tentara Tuan, pulau menjadi titik aman. Bukti telah nyata, tidak dapat dipungkirilagi. Lihatlah penderitaan rakyat yang menghebat. Mengancam keselamatan rakyat bersama. Tambah-tambah kekacauan ekonomi menjerat leher rakyat. Keamanan terganggu, karena Tuan memperkosa kehendak rakyat yang telah menyatakan kemerdekaannya. Soal perundingan, kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin-pemimpin kami di Jawa. Bali bukan tempatnya perundingan diplomatic dan saya bukan kompromis. Saya atas nama rakyat menghendaki lenyapnya Belanda dari pulau Bali atau kamik sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kami tercapai. Selama Tuan tinggal di Bali, pulau Bali tetap menjadi belanga pertumpahan darah antara kami dan pihak tuan. Sekian, harap menjadikan maklum adanya.

Sekali Merdeka, tetap merdeka
a/n Dewan Pejuangan Bali
Pemimpin,
I Gusti Ngurah Rai

Surat tersebut balasan I Gusti Ngurah Rai kepada JBT Konig, perwira Belanda yang ingin mengambil pendekatan persuasive. Tetapi sikap I Gusti Ngurah Rai telah jelas. Maka perjuangan terus dilakukan hingga pertempuran Puputan 20 Nopember 1946, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai dengan pasukannya yang dikenal pula sebagai Puputan Margarana, pertempuran hingga titik darah terakhir di Desa Margarana. Berlangsung sejak pukul 09.00 hingga sore. Inilah hari dimana semua pejuang (pasukan) Ciung Wanara mempertaruhkan nyawanya untuk nusa dan bangsa. Dari ini tersisa 96 pejuang. Di awal pertempuran pa gi hingga siang para pejuang meraih kemenangan gemilang. Menyapu bersih musuh. Banyak tentara Belanda mati tertembak. Tetapi kemudian Belanda menurunkan bantuak dengan mengerahkan lebih banyak lagi pasukan, bahkan juga mengempur dari udara. Salah seorang perwira , I Gusti ngurah Bagus Sugianyar gugur tertembak. Membuat gemas seluruh pejuang sehingga dengan lantang I Gusti Ngurah Rai meneriakan “Puputan!” Serentak semua bertempur dengan gagah berani. Pasukan Ciung Wanara dikepung tentara Belanda yang jauh lebih banyak dan lebih bersenjata lengkap serta dalam keadaan kesegaran, sedangkan pasukan kita semakin terjepit. Para pejuang mulai tertembak dan gugur di sekitar pelataran Candi Pahlawan Margarana. Candi Besr yang dikelilingi tembok penyengker dengan lima Candi Bentar. Kompleks candi yang megah. I Gusti Ngurah Rai sendi gugur di dekat Patung Panda Bhakti. NICA mencatat, pasukan Belanda yang tertembak mati sebanyak 300 serdadu. Kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai, membuat namanya diabadikan untuk bandara International di Denpasar Bali. Kini, I Gusti Ngurah Rai, sedang diabadikan dalam bentuk patung, yang sedang dibuat di Yogyakarta oleh tim seniman, Anusapati, Komang Labda dan kawan dibawah koordinasi Bambang Adi Pramono. Monumen ini akan ditempatkan di boulevard jalan masuk bandara Ngurah Rai Denpasar, sebagai penghargaan pihak bandara. Patung ini terbuat dari perunggu yang pengecorannya dikerjakan pengerajin Desa Selarong Bantul di bawah pimpinan Juyan.

Seperti dikatakan Xavier Barral, seni patung pada konteks monument merupakan media mengenang jasa-jasanya sekaligus sebagai ‘peringatan’ bagi anak cucu, bagi generasi selanjutnya. Banyak pencerahan yang bisa direnungkan pada konteks ini, maka diseluruh dunia dimana saja dan kapan saja, monument menjadi favourit untuk selalu dibangun. Monumen pahlawan salah satunya. Monumen ini ada dalam disiplin seni patung, dimana di strata kesarjanaan masuk dalam mata kuliah Seni Monumental. Karena itu menuntut penanganan ahli dibidangnya secara professional. Kecermatan ini menuntut tanggung jawab kepatungan (sculptural) secara akademis baik teknis, artistic maupun filosofinya.

Di dalam seni patung, banyak hal yang harus diperhatikan, cermat dan akurat, mengongat patung apalagi untuk konteks monumen selalu dalam skala ukuran besar merupakan mega karya. Maka monument patung selalu ditempatkan sebagai karya outdoor, di area public dan dapat terlihat dari jarak jauh. Patung Liberty dapat dilihat dari jarak jauh. Patung Liberty dapat dilihat dengan jelas dari seberang pulau. Begitupun monument-monumen lain. Indonesia juga memiliki banyak monumen. Sebagai Negara yang merdeka dengan pejuangannya, maka kita memiliki pahlawan-pahlawan bangsa yang pantas mendapatkan kehormatan dengan mengabadikannya dalam karya seni patung. Adalah tanggung jawab artistic dalam disiplin seni patung untuk dapat mengekspresikan konteks kepahlawanan tersebut.

Dari aspek artistic patung ini dalam posisi istirahat. Berdiri tegak dengan wajah lurus ke depan dalam sikap tenang, kedua tangan kanan dan tangan kiri berada di belakang. Posisi ini sesuai karakter beliau yang tenang. Walau demikian ekspresi artistic ini memunculkan sikap-sikap kepahlawanan yang dikandungnya ; nilai-nilai perjuangan, ketabahan, semangat pantang menyerah, optimism, keperwiraan. Semua karakter ini menjadi kekuatan yang dapat disampaikan kepada public. Dan pencerahan dapat digali dari ekspresi artistic itu. Konsep inilah yang perlu disampaikan kepada generasi turun temurun agar mampu menjaga eksistensi bangsa sebagai titipan para leluhur. Maka menikmati sebuah karya seni patung tidak sekadar yang ada dalam seni visual saja, juga untuk mengetahui konsepnya.

Tentang konteks konsep seni, di masyarakat kita masih harus terus menerus disampaikan, diapresiasikan. Kita memiliki banyak monumen di berbagai kota, diberbagai pulau, dan karya-karya itu merupakan prasasti artistic yang secara jelas dalam realisme fotografi sebuah patung disampaikan kepada seluruh bangsa agar mengenangnya sebagai ikon, meneladaninya dalam kehidupan selanjutnya.

Dengan demikian terpadu globalisasi yang ada kini, maka bangsa yang lain pun menghargai sikap penghargaan kita terhadap para pahlawan kita sendiri. Harkat dan martabat bangsa terjaga melalui karya seni patung. Sangat tepat apa yang dilakukan pemerintah dalam dukungannya dalam membangun monument-monumen bangsa. Karya semacam ini mahal. Karya-karya monumental pada masa lalu pun di dukung oleh Raja. Memanglah harus demikian karena karya-karya monumental merupakan identifikasi dari budaya bangsa yang bersangkutan. Mega karya terbangun megah bila masyarakat dan pemerintah serempak mewujudkannya. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya.

Penulis : Ira Banuboro
Source : Koran Minggu Pagi No.50 Tahun 61 Minggu III Maret 2009, Hal.08

MY STUDIO

KAYU GALLERY BALI
BALI ARTSPACE
(on google map)


Phone : +62 81 835 9725
Phone : +62 81 734 7036

bambangadipramono@yahoo.com
bambangadipramono@gmail.com